Dengan padatnya penduduk di indonesia, membuat jumlah penduduk yang hidup dalam keadaan tidak layak juga semakin banyak. Belum lagi perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat masyarakat Indonesia harus bersaing dengan mesin dan robot yang tentunya lebih cerdas dan cepat dalam membuat produk.
Sebenarnya ada banyak sekali faktor-faktor yang membuat masyarakat Indonesia hidup dalam kemiskinan, namun artikel ini tidak akan cukup untuk menuliskan semua faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu kita akan membahas beberapa diantara saja, langsung simak pembahasannya berikut ini:
1. Budaya
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa budaya dapat berpengaruh dalam perkonomian negara. Negara yang maju dan kaya cenderung memiliki budaya yang dapat membangun perekonomian sedangkan negara yang miskin tidak memiliki budaya yang berpengaruh besar terhadap perekonomian.
Kita lihat negara seperti Amerika Serikat dan Inggris, meskipun budaya mereka banyak yang negatif dan tidak bermoral seperti meminum minuman keras, suka ke klub malam, dan seks bebas, namun mereka memiliki budaya yang cukup membantu kemajuan negara seperti budaya membaca buku yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, budaya melakukan eksperimen dan menciptakan pengetahuan baru yang kemudian menghasilkan teknologi yang dapat menyokong perekonomian mereka.
Berbeda halnya dengan dengan Negara yang masih berkembang, kebanyakan kaya akan budaya dan adat istiadat, namun sayang semua itu masih primitif dan belum bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian. Negara yang berkembang dulunya menggunakan banyak waktunya untuk menciptakan budaya baru, alhasil beraneka ragam budaya berhasil diciptakan, akan tetapi budaya tersebut kebanyakan bersifat tahayul dan tidak masuk akal sehingga melakukannya adalah hal yang sia-sia.
Sedangkan untuk negara maju mereka tidak memiliki banyak budaya atau bisa disebut miskin budaya namun memiliki kebiasaan dan budaya yang terus ditekuini dan terbukti dapat meningkatkan kekayaan mereka seperti penciptaan teknologi mesin uap (revolusi industri) yang membuat produksi semakin efisien, penemuan komputer, penemuan pesawat, obat-obatan dan lain-lain.
Selain itu budaya menjadi PNS masih saja melekat pada penduduk Indonesia, menurut sebagian besar penduduk Indonesia PNS adalah pekerjaan yang menyenangkan, bergaji besar dan dapat pensiun. Memang tidak ada yang salah dengan PNS namun akan lebih baik lagi jika kita bisa menjadi orang yang banyak bermanfaat bagi banyak orang dengan menjadi seorang pengusaha yang bisa membantu mengurangi kemiskinan di Indonesia.
Kalau di negara kita PNS adalah profesi favorit berbeda halnya dengan negara maju, PNS bukanlah profesi yang banyak diminati, banyak sekali pekerjaan yang dapat meningkatkan perekonomian negara. Contohnya seperti ilmuwan, tidak seperti di Indonesia imuwan disana sangat dihargai dan digaji besar. Bukan hanya perusahaan pencari laba yang mempekerjakan ilmuwan, pemerintah dan perusahaan nirlaba juga menggunakan ilmuwan untuk menciptakan teknologi baru.
Ilmuwan tersebut dapat mengubah dunia dengan penciptaan teknologinya, seperti teknologi nuklir.
2. Cinta Negara Sendiri ?
Kita selalu digembor-gemborkan untuk cinta tanah air, cinta negeri sendiri dan membela negara. Setiap sekolah selalu diwajibkan melantunkan sila pancasila maupun lagu kebangsaan Indonesia Raya. Setiap hari tertentu kita memperingati hari Nasional bukan hanya sebagai rasa terima kasih terhadap jasa para pahlawan namun juga sebagai bentuk rasa cinta kita terhadap negara Indonesia.
Kita memang sayang negara kita tercinta Indonesia namun hanya sebatas ucapan dan rasa, tidak ada upaya nyata untuk menjadikan negara kita terdepan dan maju. Kita cinta Indonesia tapi hampir setiap produk yang kita beli adalah produk asing.
Smartphone merk Xiaomi buatan Cina, TV merk Toshiba buatan jepang, motor merk Honda buatan Jepang, mobil Toyota buatan jepang dan masih banyak lagi. Memang produk dalam negeri masih tergolong kurang bagus kualitasnya namun bukan berarti kita terus menerus membeli produk luar negeri.
Yang kita pikirkan adalah kita merasa puas dengan produk yang kita pakai, tidak peduli apakah produk tersebut dapat memperkaya negara lain dan menggerus produk lokal. Pemerintah juga tidak punya usaha yang tegas untuk membatasi produk asing, bahkan bahan pokok seperti beras masih impor.
Memang benar dengan begitu rakyat hidup sejahtera namun kesejahteraan yang didapat dari hasil produksi negara lain bukanlah kesejahteraan yang sebenarnya, itu sama saja dengan terus menggantungkan diri pada negara lain.
Berbeda halnya dengan negara Amerika Serikat, mereka memiliki persyaratan ketat untuk produk asing yang akan masuk ke dalam negaranya. Hanya produk yang memiliki kualitas terbaik yang bisa bertahan di sana, itu membuat produk asing kesulitan untuk memasarkan di sana. Kita tidak akan banyak menemui motor atau mobil buatan jepang seperti di Indonesia. Mayoritas mobil dan motor disana buatan negara sendiri seperti Ford, Chevrolet, dan lain-lain.
Mereka sedikit “licik’” dalam hal ekspor impor. Pemerintah disana menerapkan peraturan ketat agar produk luar tidak bisa masuk dengan mudah dan untuk ekspor mereka gembor-gemborkan sebanyak-banyaknya ke negara lain karena dapat memperkaya negara tersebut.
Selain itu jika mereka cinta pada negaranya maka mereka dengan sekuat tenaga akan mewujudkan negaranya untuk menjadi negara paling berkuasa dan maju di dunia.
3. Ilmu Pengetahuan Masih Sebatas Ajaran
Di indonesia banyak sekali yang ingin menjadi guru karena selain memiliki jasa besar kepada para penerus bangsa juga merupakan perbuatan yang mulia. Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa yang memiliki tugas berat dalam mengemban amanah yaitu mencerdaskan generasi penerus bangsa.
Namun sayang, guru mengajarkan ilmu pengetahuan ke anak-anaknya kemudian anaknya menjadi guru lagi dan mengajarkan ilmu yang diajarkan sebelumnya, begitu seterusnya. Seakan-akan ilmu hanyalah sebagai suatu warisan yang diwariskan dari guru ke guru lain.
Ini tidak sepenuhnya salah dan memang benar ilmu pengetahuan sudah seharusnya diajarkan dan diwariskan ke anak cucu kita. Akan tetapi tujuan ilmu sebenarnya bukan hanya sekedar untuk dimengerti, diingat dan diajarkan, akan tetapi juga diimplementasikan. Ilmu di Indonesia sudah banyak namun miskin implementasi.
Ilmu masih berupa buku yang diajarkan dan disebarkan. Itu membuat kita didekte oleh ilmu yang sejatinya merupakan ciptaan negara Barat dan selalu stagnan tanpa ada perubahan. Sehingga teknologi kita masih merupakan hasil karya negara lain.
Di Negara barat ilmu dimanfaatkan betul untuk mempermudah kehidupan sehari-hari dan memecahkan berbagai masalah global. Selain mengembangkan ilmu, mereka juga menciptakan ilmu baru. Ilmu selalu dikembangkan dari masa ke masa sehingga terus berkembang.
Bahkan di Amerika Serikat sudah bukan waktunya lagi mengurusi negaranya sendiri, mereka sudah terlibat dalam pencarian asal mula manusia dengan menelusuri planet lain dan bahkan berencana akan hidup di planet Mars.
Anda masih ingat dengan gunung emas Jaya Wijaya yang berhasil direbut bangsa asing sampai sekarang? Itu merupakan salah satu bukti lemahnya implementasi ilmu di Indonesia. Negara lain yang memandang gunung tersebut sangat berharga, sedangkan kita malah menganggapnya sebagai gunung terpencil di Papua, kita tidak tahu apa-apa tentang gunung tersebut, namun berbeda halnya dengan PT Freeeport mereka tahu segalanya tentang gunung emas tersebut.
Misalnya sekalipun kita tidak mengizinkan Amerika Serikat mendirikan tambang emas di gunung tersebut mungkin gunung tersebut masih terbengkalai karena kita sendiri tidak tahu cara mengolahnya.
4. Belum Punya Produk Mendunia
Negara yang maju memiliki produk yang berkualitas sangat baik sehingga tidak hanya dipasarkan dalam negeri namun juga di seluruh dunia. Kebanyakan produknya berkaitan dengan produk manufaktur raksasa yang berarti untuk mendirikannya dibutuhkan tempat yang luas dan teknologi yang canggih. Melalui produk ini para pendiri perusahaan tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi menguntungkan Negara yang ditempatinya.
Keuntungan yang didapatkan negara antara lain: Mendapatkan dana berupa pajak dari perusahaan tersebut, membuka lapangan pekerjaan, menambah devisa negara. Dengan semakin banyaknya uang dari luar yang mengalir ke dalam negeri, maka semakin banyak pula uang yang dicetak, dan uang tersebut dapat memperkuat nilai mata uang. Perusahaan raksasa ini contohnya seperti Microsoft, Sony, Samsung, Apple, Honda, Toyota, Boeing, dan masih banyak lagi.
Karena perusahaan tersebut produksinya berskala besar maka karyawan dan tenaga ahli yang dibutuhkan juga akan besar, ini akan mengurangi jumlah pengangguran di suatu negara. Perusahaan yang besar tidak bisa lepas dari yang namanya teknologi, melalui teknologi mereka mampu menciptakan barang berharga jual tinggi namun dengan biaya yang efisien.
Perusahaan seperti Microsoft, Apple dan Samsung selalu melakukan inovasi tanpa henti. Setiap produk baru yang diluncurkan akan memiliki fitur baru yang canggih yang mungkin belum pernah ada sebelumnya. Mereka tidak hanya menjual alat untuk komunikasi, kirim pesan, internet, dll namun juga menjual teknologi pemindai wajah yang super canggih seperti yang dilakukan Apple.
Perusahaan raksasa jika sudah mapan dan besar, akan mampu menyebar ke negara lain dengan membuka cabang baru. Mereka dapat mendirikan pabrik baru dekat dengan konsumen di negara yang ditarget, sehingga biaya produksinya akan lebih murah.
5. Egois
Ini yang mungkin sering kita temui di masyarakat. Indonesia memang terkenal ramah, baik, suka bersosialisasi, rukun, dan saling bergotong royong. Namun masyarakat masih saja memiliki pandangan hidup “sendiri”. Kekayaan untuk diri sendiri dan keluarga sendiri, pengetahuan untuk sendiri, kemampuan dan kecerdasan digunakan untuk mencari uang dan menghidupi diri sendiri, semuanya diperuntukkan untuk diri sendiri, keluarga sendiri, orang tua sendiri, semuanya sendiri.
Memang benar, tidak ada salahnya untuk berpikiran seperti itu, karena memang begitulah sifat manusia, rakus, egois dan ingin semuanya jadi miliknya sendiri. Namun tahukah Anda kalau Negara lain memiliki pandangan yang berbeda tentang hal ini.
Kalau di Indonesia kehidupan dimulai dari kecil sekolah, sampai dewasa bekerja, kemudian menikah, membangun rumah, berkeluarga, itu sudah dinamakan kehidupan yang lengkap, tanpa meperdulikan nasib negara, nasib masyarakat Indonesia, nasib hutan Indonesia yang terus ditebangi, nasib masyarakat miskin yang semakin meningkat, nasib negara Indonesia yang dari dulu sampai sekarang masih belum mampu membuat mobil sendiri.
Sekali memiliki pekerjaan, berkeluarga, punya anak maka kehidupan sudah lengkap, yang dilakukan selanjutnya hanyalah terus menafkahi keluarga sampai ajal menjemput. Berbeda halnya di negara lain seperti Jerman. Mereka berpikir tentang hal besar seperti bagaiman cara memajukan negaranya, seperti membangun teknologi daur ulang aspal menjadi jalan raya baru, teknologi pengolahan sampah yang efisien, teknologi penanaman bibit padi dengan mesin otomatis dll.
Sebagian besar penduduknya berpandangan jauh ke depan, memikirkan masa depan negaranya. Alhasil, negara itu menjadi Negara maju yang kuat, teknologinya sangat mumpuni, dan perekonomiannya juga sangat bagus.
Jika mereka cinta pada negaranya, maka mereka akan cinta sungguhan, bukan hanya ucapan semata. Mereka akan berusaha sekuat tenaga agar negaranya bisa dipandang hebat oleh negara lain, menjadi negara yang terdepan dalam segala hal, menjadi yang paling kaya dalam sumber daya, dan menjadi yang paling canggih dalam teknologi.
Para penduduknya telah sadar bahwa untuk mewujudkan semua itu mereka tidak hanya perlu membangun keluarga, mereka akan berpikir lebih luas lagi, yaitu membangun negara. Sudah ada praktek nyata yang mereka lakukan untuk mewujudkan semua ini, diantaranya seperti pemberantasan korupsi besar-besaran, pembangunan fasilitas umum yang sangat baik, pemanfaatan teknologi yang mereka buat sendiri untuk memudahkan kehidupan, membuat teknologi untuk masa depan yang lebih baik lagi, dan masih banyak lagi.
Catatan: Semua penjelasan di atas merupakan pendapat pribadi penulis berdasarkan pengalaman yang penulis alami. Penulis tidak bermaksud untuk menghina negara sendiri, namun ingin memberikan saran dengan membeberkan kelemahan yang negara kita miliki agar bisa memperbaiki diri dan menjadi lebih baik lagi kedepannya.